
Terlepas dengan cerita mistisnya, Pantai
Pelabuhan Ratu adalah pantai yang patut kita kunjungi. Ada dua jalan
yang bisa kita lewati apabila mau ke pantai ini. Lewat jalur alternatif
Palimanan-Cikidang keluar di Citepus sudah langsung Pelabuhan Ratu atau
lewat jalan biasa yang ke Pelabuhan Ratu.
Kalau lewat jalur alternatif memang
lebih cepat tetapi tracknya berkelok-kelok 70 derajat. Pemandangan yang
disuguhkan pun adalah pemandangan pegunungan dengan perkebunan teh dan
kelapa sawit. Semakin mendekati pantai pelabuhan, akan disuguhkan hutan
lindung. Sejuk dan menyegarkan mata. bahkan ada beberapa mobil yang
sengaja berhenti untuk sekedar menikmati pemandangan atau gelar tikar
makan siang di situ. Saran dariku jangan melewati jalur ini kalau belum
mahir menyetir dan pada malam hari, karena butuh ketelitian dan
konsentrasi tinggi.
Kalau jalan biasa ke Pelabuhan Ratu
memang lebih ramai. Tracknya pun tidak sesulit jalur Palimanan-Cikidang.
Akan tetapi wantu tempuhnya lebih panjang dari jalur alternatif
tersebut. Kalau kita suka banyak minum dalam perjalanan akan lebih aman
lewat jalan biasa karena lebih ramai dan banyak pom bensin ataupun
masjid-masjid di sekitar jalan tersebut. Pemandangan yang disuguhkan
tidak seindah jalur Palimanan-Cikidang.
Sebelum memasuki pantai, kita diwajibkan
untuk membayar biaya masuk dengan rincian, pejalan kaki Rp 3000,-,
motor Rp 8000,-, mobil sedan/jip Rp 20.000,-, sedangkan mini bus
dikenakan tarif Rp 30.000,-.
Sesampai di Pelabuhan Ratu, kami pun
mencari tempat penginapan di daerah Citepus. Sasaran utama kami adalah
dekat pantai dan bersih. Karena musim libur lebaran, penginapan pun
penuh disewakan. Bahkan ada yang tidur di gazebo atau pun membuat tenda
di pinggir pantai. Kami bersyukur karena kami masih bisa menemukan rumah
yang bisa disewa untuk kami sekedar tidur, makan daan bebersih. Harga
sewa rumah yang di dalamnya ada kamar mandi, dapur, satu kamar tidur,
ruang tamu beserta TV? Rp 300.000,- per malam.
Sekitar pukul 22.00, aku, sepupu serta
keponakan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar pantai. Sekedar
ingin tahu suasana pantai Pelabuhan Ratu pada malam hari. Anginnya yang
berhembus cukup dingin sehingga ku memutuskan untuk menggunakan jaket
agar tidak terkena angin laut.
Suasana pantai yang cenderung
remang-remang, hanya mendapat cahaya sekedarnya dari warung-warung yang
berjualan di pinggir pantai, ada muda-mudi yang memadu kasih. Tetapi
lebih banyak pula yang memanfaatkan dengan bernyanyi-nyanyi ataupun
berani memutuskan untuk bermain air di pantai pada malam hari.
Lampu-lampu kapal nelayan yang tampak di kejauhan dan lampu mercusuar
menjadi pesona Pantai malam itu.

Lagi asyik-asyiknya bermain air di pantai, ada pemandangan yang menyedihkan. Masih banyaknya orang-orang yang membuang sampah di laut, membuat pantai sering meninggalkan jejak sampah di pantai. Tidak hanya sampah plastik, tetapi juga sampah sterofoam kapal-kapalan yang diterbangkan menggunakan benang pun kami temukan. Jadilah kita bermain sambil membersihkan sampah dan menggulung benang. Padahal sudah disediakan bolongan khusus untuk mengumpulkan sampah.
Air laut Pelabuhan Ratu yang bening dan menyegarkan membuat kami betah lama-lama bermain air.
Kalau ingin istirahat dulu setelah lelah bermain air dan ingin berjalan-jalan di sekitar pinggir pantai, bisa menyewa kuda dengan tarif Rp 20.000,- per jam.

Atau ingin tantangan lebih lagi, bisa
menyewa papan seluncur yang sudah di sediakan. Tapi bentuk papan
seluncurnya tidak seperyi papan seluncur pada umumnya. Lebih seperti
papan seluncur di Ancol untuk seluncuran di perosotan yang menurun.
Lalu bagaimana cara bermainnya? Kita bermain mengikuti arus ombak yang mengarah ke pantai.
Kalau baju kita terlanjur basah saking
senangnya bermain di pantai tapi tidak membawa baju ganti, ada
warung-warung yang menjual baju-baju mulai anak sampai dewasa dengan
harga paling murah Rp 20.000,- .
www.kurniadi.meximas.com
www.kurniadi.meximas.com