Translate

Rabu, 19 Februari 2014

" Pantai Pelabuhan Ratu, Penuh Mistis atau Penuh Pesona "


Pantai pelabuhan Ratu mungkin dikenal oleh sebagian orang adalah pantai yang mistis sekaligus penuh pesona. Mistis karena terkenalnya Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan yang suka warna Hijau. Ada salah satu hotel di Pantai Pelabuhan Ratu, Samudera Beach Hotel, menyediakan khusus satu kamar untuk Ratu pantai Selatan tersebut. Bahkan, karena kemistikannya itu, banyak yang “mengamankan diri” dengan tidak menggunakan pakaian berwarna hijau di sana. Hal itu dikarenakan warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul. Sehingga orang yang menggunakan baju hijau akan tertarik ke laut dan hilang. Percaya?
 Terlepas dengan cerita mistisnya, Pantai Pelabuhan Ratu adalah pantai yang patut kita kunjungi. Ada dua jalan yang bisa kita lewati apabila mau ke pantai ini. Lewat jalur alternatif Palimanan-Cikidang keluar di Citepus sudah langsung Pelabuhan Ratu atau lewat jalan biasa yang ke Pelabuhan Ratu.
Kalau lewat jalur alternatif memang lebih cepat tetapi tracknya berkelok-kelok 70 derajat. Pemandangan yang disuguhkan pun adalah pemandangan pegunungan dengan perkebunan teh dan kelapa sawit. Semakin mendekati pantai pelabuhan, akan disuguhkan hutan lindung. Sejuk dan menyegarkan mata. bahkan ada beberapa mobil yang sengaja berhenti untuk sekedar menikmati pemandangan atau gelar tikar makan siang di situ. Saran dariku jangan melewati jalur ini kalau belum mahir menyetir dan pada malam hari, karena butuh ketelitian dan konsentrasi tinggi.
Kalau jalan biasa ke Pelabuhan Ratu memang lebih ramai. Tracknya pun tidak sesulit jalur Palimanan-Cikidang. Akan tetapi wantu tempuhnya lebih panjang dari jalur alternatif tersebut. Kalau kita suka banyak minum dalam perjalanan akan lebih aman lewat jalan biasa karena lebih ramai dan banyak pom bensin ataupun masjid-masjid di sekitar jalan tersebut. Pemandangan yang disuguhkan tidak seindah jalur Palimanan-Cikidang.

Sebelum memasuki pantai, kita diwajibkan untuk membayar biaya masuk dengan rincian, pejalan kaki Rp 3000,-, motor Rp 8000,-, mobil sedan/jip Rp 20.000,-, sedangkan mini bus dikenakan tarif Rp 30.000,-.
Sesampai di Pelabuhan Ratu, kami pun mencari tempat penginapan di daerah Citepus. Sasaran utama kami adalah dekat pantai dan bersih. Karena musim libur lebaran, penginapan pun penuh disewakan. Bahkan ada yang tidur di gazebo atau pun membuat tenda di pinggir pantai. Kami bersyukur karena kami masih bisa menemukan rumah yang bisa disewa untuk kami sekedar tidur, makan daan bebersih. Harga sewa rumah yang di dalamnya ada kamar mandi, dapur, satu kamar tidur, ruang tamu beserta TV? Rp 300.000,- per malam.
Sekitar pukul 22.00, aku, sepupu serta keponakan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar pantai. Sekedar ingin tahu suasana pantai Pelabuhan Ratu pada malam hari. Anginnya yang berhembus cukup dingin sehingga ku memutuskan untuk menggunakan jaket agar tidak terkena angin laut.

Suasana pantai yang cenderung remang-remang, hanya mendapat cahaya sekedarnya dari warung-warung yang berjualan di pinggir pantai, ada muda-mudi yang memadu kasih. Tetapi lebih banyak pula yang memanfaatkan dengan bernyanyi-nyanyi ataupun berani memutuskan untuk bermain air di pantai pada malam hari. Lampu-lampu kapal nelayan yang tampak di kejauhan dan lampu mercusuar menjadi pesona Pantai malam itu.
Pagi harinya, setelah sholat subuh, pukul 05.30 WIB, kami langsung keluar menikmati udara Pantai Pelabuhan yang nyaman. Tidak dingin dan tidak panas. Karena posisi pantai ini di Selatan jadilah kita tidak bisa menikmati matahari terbit. Akan tetapi tidak menyurutkan perasaan kami untuk bermain di pantai. Air yang dingin tapi tidak berlebihan menjadi mainan air kami saat itu.

Lagi asyik-asyiknya bermain air di pantai, ada pemandangan yang menyedihkan. Masih banyaknya orang-orang yang membuang sampah di laut, membuat pantai sering meninggalkan jejak sampah di pantai. Tidak hanya sampah plastik, tetapi juga sampah sterofoam kapal-kapalan yang diterbangkan menggunakan benang pun kami temukan. Jadilah kita bermain sambil membersihkan sampah dan menggulung benang. Padahal sudah disediakan bolongan khusus untuk mengumpulkan sampah.
 Air laut Pelabuhan Ratu yang bening dan menyegarkan membuat kami betah lama-lama bermain air.

Kalau ingin istirahat dulu setelah lelah bermain air dan ingin berjalan-jalan di sekitar pinggir pantai, bisa menyewa kuda dengan tarif Rp 20.000,- per jam.

Atau ingin tantangan lebih lagi, bisa menyewa papan seluncur yang sudah di sediakan. Tapi bentuk papan seluncurnya tidak seperyi papan seluncur pada umumnya. Lebih seperti papan seluncur di Ancol untuk seluncuran di perosotan yang menurun.
Lalu bagaimana cara bermainnya? Kita bermain mengikuti arus ombak yang mengarah ke pantai.
Kalau baju kita terlanjur basah saking senangnya bermain di pantai tapi tidak membawa baju ganti, ada warung-warung yang menjual baju-baju mulai anak sampai dewasa dengan harga paling murah Rp 20.000,- .
www.kurniadi.meximas.com 

Selasa, 18 Februari 2014

Legenda Pelabuhan Ratu_Jawa Barat

keunikan dan keistimewaan Pantai Pelabuhan Ratu sesungguhnya tetap menjadi daya tarik yang tiada duanya bagi wisatawan.
Keindahan panorama alam perairan pinggiran Laut Selatan itu, berpadu dengan cerita mistik tentang seorang Ratu penguasa Laut Selatan adalah fenomena yang tidak dimiliki pantai-pantai lain di manapun juga.”
Setelah menempuh perjalanan selama lebih-kurang 5 jam dari Jakarta, kami tiba di obyek wisata pantai yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
  
Pantai Pelabuhan Ratu

Pantai Pelabuhan Ratu, demikianlah masyarakat menamai tempat ini. Panorama keindahan langsung menyambut setiap pengunjung sejak awal memasuki areal pantai teluk yang amat termashur di dekade-dekade lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, kepopuleran Pantai Pelabuhan Ratu agak menurun terutama disebabkan terbukanya akses jalan ke obyek wisata pantai di daerah lainnnya, seperti ke Pantai Carita di Provinsi Banten.
Kemudahan menjangkau Pantai Carita dan tersediannya fasilitas wisata di sana menjadikan warga Jakarta dan wisatawan lain cenderung memilih Pantai Carita sebagai tujuan berliburnya bersama keluarga.

Jarak tempuh yang cukup panjang dari Jakarta dan kesulitan akses ke lokasi Pantai Pelabuhan Ratu cukup menyulitkan wisatawan untuk mengunjungi Pantai Pelabuhan Ratu yang terletak di selatan Kota Sukabumi. Namun demikian, keunikan dan keistimewaan Pantai Pelabuhan Ratu sesungguhnya tetap menjadi daya tarik yang tiada duanya bagi wisatawan. Keindahan panorama alam perairan pinggiran Laut Selatan itu berpadu dengan cerita mistik tentang seorang ratu penguasa laut di selatan Pulau Jawa itu merupakan fenomena yang tidak dimiliki pantai-pantai lain di manapun juga.
Pantai Pelabuhan Ratu terbentang cukup panjang menghadap lautan Indonesia bagian selatan. Pantai ini terdiri atas pantai landai berpasir, pantai bebatuan, pantai curam, dan pantai dengan karang-karang terjal. Di beberapa bagian pantai kita bisa menemukan persawahan penduduk yang langsung berbatasan dengan garis laut, sebuah pemandangan yang unik dan menarik. Suara deburan ombak memecah di pantai menambah semarak suasana alam sekitar, ditambah rimbunnya hutan cagar alam di beberapa bagian di pinggiran pantai memberi keteduhan dan segarnya suasana pinggiran perairan ini. Selain untuk menikmati pemandangan alam pantai, banyak pengunjung ke sini khusus untuk mencicipi makanan khas lautnya yang bahan-bahannya merupakan hasil tangkapan para nelayan di pantai tersebut. Secara keseluruhan, sajian keindahan pantai mampu menghapus segala kepenatan yang melanda sepanjang perjalanan tadi.
 Makam Nyai Roro Kidul
 Di balik keindahan yang terpancar, Pantai Pelabuhan Ratu juga menyimpan cerita mistis dari legenda Penguasa Pantai Selatan, Nyai Mas Ratu Dewi Roro Kidul atau sering kita dengar dengan sebutan Nyai Roro Kidul. Memang selama ini terdapat berbagai versi cerita mengenai Nyai Roro Kidul yang berbeda satu sama lain. Akan tetapi esensi setiap cerita itu sama, masyarakat sekitar pantai amat percaya bahwa lautan lepas yang terlihat dari bibir pantai dihuni dan dikuasai oleh Nyi Roro Kidul dan banyak membantu masyarakat, terutama nelayan yang melaut di sana. Nyai Roro Kidul telah menjadi bagian dari hidup mereka dari generasi ke generasi. Sebagai ucapan terima kasih sang Nyai, masyarakat dan para nelayan sekitar pantai sering menggelar ritual-ritual yang sangat unik.
Di daerah itu, konon terdapat komplek makam yang salah satu dari sekian makam tersebut  dipercaya adalah tempat Nyai Roro Kidul dikebumikan. Makam ini tepatnya berada 20 km dari Pelabuhan Ratu yaitu Pantai Hawu, sebuah pantai yang mempunyai tebing-tebing yang menjorok ke laut. Menurut cerita masyrakat sekitar, bahwa salah satu tebing tersebut merupakan tempat Nyai Roro Kidul menghabiskan sisa hidupnya.
Saat itu, Nyai sangat tersiksa dengan penyakit yang dideritanya. Akibat sakit yang tak kunjung juga sembuh itu, ia terpaksa mengakhiri hidupnya dengan menceburkan dirinya ke laut. Ajaib…, Nyai Roro Kidul menjelma menjadi wanita yang sangat cantik dan mempunyai kesaktian mandraguna yag sangat tinggi. Di makam Ratu Penguasa Pantai Selatan ini terdapat ruangan khusus. Ruangan yang didominasi dengan warna merah itu, terdapat lukisan yang besar menggambarkan sosok Nyi Mas Ratu Dewi Roro Kidul. Selain itu, di sebelah makamnya terdapat juga Eyang Jalah Mata, Eyang Sanca Manggala dan Eyang Syeh Husni Ali.

 Peristrahatan Presiden dan hotel Samudra Beach

Ternyata, Pantai Pelabuhan Ratu juga menyimpan cerita menarik tentang mantan orang nomor satu di negeri ini, yakni Presiden RI pertama, Ir. Soekarno. Di tempat ini kita bisa menjumpai istana peristirahatan Presiden RI pertama itu. Sebuah istana yang dibangun pada 1960 dan memiliki panorama yang amat bagus. Sukarno juga pernah mendirikan tempat peristirahatan lainnya di sini pada Tahun 1970 tepatnya di Tanjo Resmi. Tidak hanya itu, Beliau juga mendirkan hotel megah di lokasi itu yang diberi nama Samudera Beach Hotel, salah satu hotel mewah pertama yang dibangun di Indonesia, bersamaan dengan pembangunan Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel dan Toko Serba Ada “Sarinah”, yang kesemuanya menggunakan dana pampasan perang dari Jepang. 
 berselancar

Di kawasan Pelabuhan Ratu, terdapat sembilan titik lokasi untuk berselancar, yaitu di Batu Guram, Karang Sari, Samudra Beach, Cimaja, Karang Haji, Indicator, Sunset Beach, Ombak Tujuh sampai Ujung Genteng. Masing-masing pantainya mempunyai ombak dengan karakteristik sendiri. Kegiatan olahraga lainnya, yang unik dan terbilang langka ada di sini, yakni Arung Gelombang. Keberadaan olahraga air yang satu ini di Pantai Pelabuhan Ratu terbilang sangat baru, dan mungkin satu-satunya di Indonesia, bahkan di dunia. Pemerintah Daerah setempat dalam dua tahun terakhir telah mencoba melaksanakan event Arung Gelombang dengan mengundang peserta dari daerah lain, bahkan pernah juga diikuti oleh peserta dari luar negeri.
Pantai Pelabuhan Ratu juga terkenal sebagai tempat bertelur dan berbiaknya penyu. Sebagaimana diketahui bahwa penyu adalah salah satu jenis hewan laut yang mulai terancam punah, dan karenanya termasuk salah satu binatang yang dilindungi di dunia. Kita berharap agar masyarakat sekitar pantai untuk terus menjaga dan melindungi ekosistem penyu-penyu agar tidak punah di Pantai Pelabuhan Ratu. Selain itu, bagi Pemerintah setempat diharapkan agar terus memantau keadaan hewan langka ini dari tangan-tangan jahil yang mencoba menangkap untuk dikonsumsi daging dan telurnya. Rumah (kulit) penyu sering dijadikan hiasan yang mahal harganya, sehingga banyak diburu manusia. Marilah kita sama-sama melestarikan kekayaan yang terdapat di Bumi Pertiwi ini agar tidak punah ditelan zaman………

By: Putra Daerah Pelabuhan Ratu (Asep Kurniadi)www.kurniadi.meximas.com

" SEJARAH KOTA SUKABUMI "


Ada yang mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-Bumen, yang bermakna bahwa pada kawasan yang memiliki udara sejuk dan nyaman ini membuat orang-orang suka bumen-bumen atau menetap.
[2] Penjelasan yang lebih masuk akal adalah bahwa nama “Sukabumi” berasal dari bahasa Sankerta suka, “kesenangan, kebahagiaan, kesukaan” dan bhumi, “bumi”. Jadi “Sukabumi” artinya “bumi kesukaan”.
Sebelum berstatus kota, Sukabumi hanyalah dusun kecil bernama “Goenoeng Parang” (sekarang Kelurahan Gunungparang) lalu berkembang menjadi beberapa desa seperti Cikole atau Parungseah. Lalu pada 1 April 1914, pemerintah Hindia Belanda menjadikan kota Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur dengan status Gemeente (Kotapraja) dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pengurusan dan pelayanan yang istimewa.
Selanjutnya pada 1 Mei 1926, Mr. G.F. Rambonnet diangkat menjadi Burgemeester. Pada masa inilah dibangun Stasiun Kereta Api, Mesjid Agung, gereja Kristen; Pantekosta; Katholik; Bethel; HKBP; Pasundan, pembangkit listrik Ubrug; centrale (Gardu Induk) Cipoho, Sekolah Polisi Gubermen yang berdekatan dengan lembaga pendidikan Islam tradisionil Gunung Puyuh.
Nama Soekaboemi sebenarnya telah ada sebelum hari jadi Kota Sukabumi yaitu 13 Januari 1815. Kota yang saat ini berluas 48,15 km2 ini mendapatkan namanya dari seorang ahli bedah bernama Dr. Andries de Wilde menamakan Soekaboemi. Perlu diketahu Andris de Wilde ini juga adalah seorang Preanger Planter (kopi dan teh) yg bermukim di Bandoeng, dimana eks rumah tinggal dan gudang kopinya sekarang dijadikan Kantor Pemkot Bandung.
Awalnya ia mengirim surat kepada kawannnya Pieter Englhard mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk mengganti nama Cikole (berdasar nama sungai yg membelah kota Sukabumi) dengan nama Soekaboemi 13 Januari 1815. Sejak itulah Cikole resmi menjadi Soekaboemi. Namun, bukan berarti hari jadi Kota Sukabumi jatuh pada tanggal tersebut. Ceritanya memang tidak singkat, bermula dari komoditas kopi yang banyak dibutuhkan VOC, Van Rie Beek dan Zwadecroon berusaha mengembangkan lebih luas tanaman kopi di sekitar Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Tahun 1709 Gubernur Van Riebek mengadakan inspeksi ke kebun kopi di Cibalagung (Bogor), Cianjur, Jogjogan, Pondok Kopo, dan Gunung Guruh Sukabumi. Inilah salah satu alasan dibangunnya jalur lintasan kereta-api yg menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg dan Batavia di bagian barat dan Tjiandjoer (ibukota Priangan) dan Bandoeng di timur. Saat itu, de Wilde adalah pembantu pribadi Gubernur Jenderal Daendels dan dikenal sebagai tuan tanah di Jasinga Bogor.
Pada 25 Januari 1813, ia membeli tanah di Sukabumi yang luasnya lima per duabelas bagian di seluruh tanah yang ada di Sukabumi seharga 58 ribu ringgit Spanyol. Tanah tersebut berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango di sebelah utara, Sungai Cimandiri di bagian selatan, lalu di arah barat berbatasan langsung dengan Keresidenan Jakarta dan Banten dan di sebelah Timur dengan Sungai Cikupa. Pada tanggal yang sama 354 tahun yang lalu, Belanda bangga memenangkan perang melawan Spanyol.Setelah Mr. G.F. Rambonnet memerintah ada tiga “Burgemeester” sebagai penggantinya yaitu Mr. W.M. Ouwekerk, Mr. A.L.A. van Unen dan Mr. W.J.Ph. van Waning.
Perkembangan Pemerintahan
Perubahan Nama Pemerintahan
(1). Gemeente Soeka Boemi Tahun 1914-1942,
(2). Soekaboemi SHI Tahun 1942-1945,
(3). Kota Kecil Sukabumi Undang-undang No. 17 Tahun 1950,
(4). Kota Praja Sukabumi Undang-undang No. 1 Tahun 1957,
(5). Kotamadya Sukabumi Undang-undang No. 18 Tahun 1965,
(6). Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi Undang-undang No. 5 Tahun 1974,
(7). Kota Sukabumi Undang-undang No. 22 tahun 1999, UU No 32 Tahun 2003
Nama-Nama Pimpinan Pemerintahan Daerah Sukabumi
1. Mr. R. Syamsudin 1945-1946
2. Raden Mamur Soeria Hoedaja 1946-1948
3. Raden Ebo Adinegara 1948-1950
4. Raden Widjaja Soerija (Acting)
5. Raden S. Affandi Kartadjumena 1950-1952
6. Raden Soebandi Prawiranata 1952-1959
7. Mochamad Soelaeman 1959-1960
8. Raden Soewala 1960-1963
9. Raden Semeru (Acting)
10. Drs. Achmad Darmawan Adi 1963-1961
11. Raden Bidin Suryagunawan (Acting)
12. Saleh Wiradikarta, S.H. 1966-1978
13. Soejoed 1978-1988
14. H. Zaenudin Mulaebary, S.H. 1988-1993
15. H. Udin Koswara, S.H. 1993-1997
16. R. Nuriana (Gubernur Jabar) PJS
17. Dra. Hj. Molly Mulyahati Djubaedi, M.Sc. Plh
18. Dra. Hj. Molly Mulyahati Djubaedi, M.Sc. 1998-2003
19. H. Mokh. Muslikh Abdussyukur, S.H., M.Si. 2003-

By; Putra Anak Daerah ( Asep.Kurniadi )

Minggu, 16 Februari 2014

Dampak Bencana Letusan Gunung Kelud

Dampak Bencana Letusan Gunung Kelud

 Sepeda motor tergeletak di sisi rumah pemiliknya di Desa Kaumrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). Dampak meletusnya Gunung Kelud di Kabupaten Malang membuat puluhan ribu warga mengungsi, enam warga tewas, dan puluhan rumah rusak berat.


 Sejumlah polisi mengevakuasi sepeda motor dinas di antara reruntuhan garasi Polsek Ngantang yang ambruk akibat abu vulkanik Gunung Kelud di Desa Kaumrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). Dampak meletusnya Gunung Kelud di Kabupaten Malang membuat puluhan ribu warga mengungsi, enam warga tewas, dan puluhan rumah rusak berat.


 Kondisi perkampungan yang sepi ditinggal warga mengungsi pascameletusnya Gunung Kelud di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). Dampak meletusnya Gunung Kelud di Kabupaten Malang membuat puluhan ribu warga mengungsi, enam warga tewas, dan puluhan rumah rusak berat. 


 Kondisi rumah yang rusak terkena abu vulkanik Gunung Kelud di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). Dampak meletusnya Gunung Kelud di Kabupaten Malang membuat puluhan ribu warga mengungsi, enam warga tewas, dan puluhan rumah rusak berat.



 Warga mengevakuasi ternak mereka ke lokasi aman dari guyuran abu vulkanik Gunung Kelud di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). Dua hari setelah erupsi Gunung Kelud, sejumlah pengungsi mulai berani kembali ke desa mereka untuk mengevakuasi hewan ternak yang kelaparan.


 Seorang pengungsi korban erupsi Gunung Kelud kembali ke rumah untuk melihat kondisi rumahnya di Desa Pandasari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). Dua hari pascaerupsi Gunung Kelud, sejumlah warga mulai berani kembali ke rumah untuk melihat kondisi rumah dan hewan ternaknya.


 Petugas PLN APJ Malang melakukan pembersihan tiang listrik dari abu vulkanik Gunung Kelud di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). Pascaerupsi Gunung Kelud, PLN Malang mengerahkan puluhan teknisi untuk menghidupkan kembali jaringan listrik yang mati.


 Bekas bangunan sekolah dasar yang sudah tidak terpakai lagi ambruk di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). Dampak meletusnya Gunung Kelud di Kabupaten Malang membuat puluhan ribu warga mengungsi, enam warga tewas, dan puluhan rumah rusak berat.

Kondisi perkampungan yang tertimbun abu vulkanik Gunung Kelud di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Sabtu (15/2/2014). Dua hari pascaerupsi Gunung Kelud, sejumlah warga mulai berani kembali ke rumah untuk melihat kondisi rumah dan hewan ternaknya.

Sejarah Meletusnya Gunung Kelud Sejak Tahun 1000-2014



TRIBUNNEWS.COM, KEDIRIGunung Kelud yang memiliki ketinggian 1,731 meter merupakan salah satu gunung yang cukup aktif di Indonesia. Gunung ini bahkan diperkirakan sudah meletus lebih dari 30 kali sejak tahun 1.000.
Sebelum Gunung Kelud meletus kembali pada Kamis (13/2/2014), gunung ini tercatat beberapa kali meletus dalam rentang waktu 1919-2007.
Pada 19 Mei 1919, Gunung Kelud meletus, menewaskan sedikitnya 5.000 orang, sebagian besar dari mereka tewas karena diterjang lahar panas.
Setelah cukup tenang selama beberapa puluh tahun, Kelud kembali aktif pada 1951, 1966, dan 1990, yang secara total menewaskan 250 orang.
Setelah letusan pada 1966, Pemerintah Indonesia membangun Terowongan Ampera di sisi barat daya kawah untuk mengurangi volume air di danau yang berada di kawah gunung sehingga mengurangi bahaya lahar panas.
Pada awal Februari 1990, Kelud kembali meletus melemparkan materi vulkanis hingga ketinggian tujuh kilometer. Akibat letusan ini, sedikitnya 30 orang meninggal dunia.
Pada 16 Oktober 2007, pemerintah memerintahkan 30.000 warga di sekitar gunung itu harus mengungsi, setelah para ahli mengatakan gunung itu dalam kondisi siap meletus.
Akhirnya, Kelud meletus pada 3 November 2007 pukul 03.00 dini hari. Sehari sesudahnya, Kelud memuntahkan abu vulkanis setinggi 500 meter ke udara. Letusan terus terjadi hingga 8 November 2007 hingga pemerintah akhirnya mengatakan letusan Kelud semakin melemah sebelum akhirnya berhenti